Srikandi News

Serangan Udara di Gaza Peringatan bagi Hamas

Berbagi Berita Ini Keteman
Pesawat Israel melakukan serangan udara pertamanya terhadap Jalur Gaza Minggu (21/12), setelah militan Hamas menembakkan roket menyebrangi perbatasan Israel.
Ketegangan memuncak di perbatasan Israel dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas. Israel mengatakan serangan udara pertamanya terhadap Jalur Gaza – yang pertama sejak perang selama 50 hari beberapa bulan lalu – merupakan peringatan terhadap kelompok militan Hamas setelah mereka menembakkan roket menyebrangi perbatasan.
Roket tersebut tidak menimbulkan korban cedera atau kerusakan fisik dan mungkin ditembakkan oleh kelompok pemberontak Palestina tertentu. Tetapi Menteri Pertahanan Israel Moshe Ya’alon mengatakan Hamas adalah pihak yang menguasai Gaza dan karenanya bertanggungjawab atas hal itu.
Ya’alon memperingatkan Hamas bahwa menembakkan satu roket pun ke wilayah Israel merupakan hal yang tidak dapat ditolerir.
Hamas bersikap menantang meski korban jiwa besar telah jatuh semasa perang tujuh minggu beberapa bulan lalu. Lebih dari dua ribu warga Palestina di Gaza tewas dan lebih dari 10 ribu rumah hancur.
Hamas – yang menggambarkan serangan udara Israel sebagai peningkatan ketegangan yang berbahaya – mengancam akan membalas.
Juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri memperingatkan Israel terhadap serangan udara lebih jauh dan mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan guna mencegah tindakan Israel.
Tindakan saling kecam dan serangan antar kedua pihak telah meningkat dalam putaran baru konflik tahun ini.
Meski terjadi peningkatan ketegangan, Mesir hari Minggu (21/12) membuka kembali pintu penyebrangan perbatasan Rafah untuk pertama kalinya dalam dua bulan. Rafah adalah satu-satunya pintu perbatasan yang tidak dikuasai Israel dan menjadi jalur hubungan antara penduduk Gaza yang berjumlah 1,8 juta jiwa dengan dunia luar.
Pintu perbatasan Rafah akan dibuka selama dua hari sebagai isyarat kemanusiaan, tetapi tidak menandakan mencairnya hubungan antara Mesir dan Hamas. Mesir menutup pintu perbatasan Rafah akhir Oktober lalu setelah militan Islam di Semenanjung Sinai itu membunuh 33 tentara Mesir. Mesir yakin kelompok militan itu dibantu Hamas di Gaza, kelompok yang memiliki hubungan dekat dengan kelompok Ikhwanul Muslimin yang kini dinyatakan terlarang di Mesir.