Srikandi News

Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional III Medan Melirik Rudal Cina

Berbagi Berita Ini Keteman
Rudal balistik KY-80 buatan china - ilustrasi



Untuk mendukung upaya pengamanan wilayah udara Indonesia, Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosekhanudnas) III Medan mulai melirik penggunaan peluru kendali produksi Cina.

Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional III Medan berencana untuk mengusulkan pembelian peluru kendali buatan Cina. Pembelian ini rencananya akan diajukan pada pemerintah, dalam rangka melengkapi persenjataan udara Indonesia. Di tengah beragam ancaman yang mungkin terjadi setiap saat.

Panglima Kosek Hanudnas Tiga Medan, Bonar H Hutagaol mengatakan pihaknya telah melakukan peninjauan terhadap peluru kendali Cina. Untuk melihat keunggulan senjata tersebut dan melihat kemungkinan untuk membelinya. Walau hingga kini belum ada sinyalemen yang memungkinkan untuk membeli.

“Baru tingkat peninjauan untuk melihat kemampuannya di Gurun Gobi,” kata Hutagaol pada Smart FM Medan. Peluru kendali yang diujicoba di Cina berjenis KY-80. Indonesia dipastikan membutuhkan persenjataan dalam bentuk rudal yang mampu menembak pesawat dan rudal musuh.


Meski demikian, Bonar H Hutagaol menambahkan, senjata yang saat ini dimiliki oleh Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional III Medan masih cukup memadai. Sehingga pembelian ini belum dikategorikan kebutuhan prioritas. Hasil uji coba tersebut akan dilaporkan untuk dianalisis lebih lanjut, sembari mengukur ketersediaan anggaran.


Anggaran pertahanan Indonesia tahun ini yang mencapai 8 milyar Dollar membuka peluang angkatan udara untuk menutup kekurangan rudal pertahanan udara jarak menengah. Harus diakui produsen rudal pertahanan jarak menengah dan jauh sangat sedikit bisa dihitung dengan jari.

Rudal permukaan ke udara LY-80 merupakan versi ekspor dari HQ-16 buatan RRC. Proyek Hong Qi - 16 dikembangkan RRC bekerjasama dengan Rusia dari platform Buk-M1 (SA-11 Gadfly) dan Buk-2M (SA-17 Grizzly). Hong Qi artinya bendera merah. Sistem HQ-16 dibuat di atas platform mobile darat dan platform kapal perang.

Platform mobile darat terdiri dari unit radar dan unit peluncur. Truk peluncur membawa kanister peluncur yang berisi 6 misil. Diyakini pengembangan HQ-16 dimulai tahun 1998. Pemasangan di platform kapal perang (HHQ-16/Hai Hong Qi -16) dengan sistem peluncur vertikal (VLS/Vertical Launch System).

Radar penjejak target sanggup mengendus sasaran sejauh 150 km dan rudal bisa menyerang sasaran sejauh 50 km dengan ketinggian hingga 10 km. Di samping sasaran pesawat tempur dan helikopter, HQ-16 diklaim mampu menembak jatuh drone (pesawat nirawak) dan rudal Tomahawk yang biasanya menjelajah pada ketinggian kurang dari 50 meter dari permukaan tanah guna menghindari endusan radar dan pencegatan. Maupun mencegat rudal anti-kapal yang terbang rendah (sea-skimming) kurang dari 10 m dari permukaan laut.

Pada tahun 2011 pejabat militer RRC mengemukakan ke media bahwa sistem pertahanan udara HQ-16 telah resmi berdinas di angkatan bersenjata RRC dan ditawarkan untuk ekspor.