Srikandi News

Pakar Pertahanan Australia: Canberra Tak Pernah Percaya Jakarta

Berbagi Berita Ini Keteman
Pengamat pertahanan Australia Philip Dorling menyatakan isu penyadapan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono oleh Badan Intelijen Australia (Defence Signals Directorate) sesungguhnya tidak mengejutkan bagi ratusan bahkan ribuan agen intelijen Australia, termasuk diplomat, birokrat, dan politisi negara itu. Para pejabat Australia dinilai amat menyadari meluasnya penggunaan spionase terhadap negara-negara tetangga mereka.

“Di balik semua pernyataan persahabatan yang dikeluarkan oleh pemerintah Australia, Canberra sesungguhnya tidak mempercayai Jakarta. Australia bekerja sama erat dengan Indonesia, termasuk dalam bidang pertahanan dan intelijen. Tapi Australia tak percaya Indonesia. Australia tidak pernah punya rasa percaya itu, dan mungkin tidak akan pernah,” kata Dorling dalam analisisnya di harian Australia The Sydney Morning Herald, 18 November 2013.

Doktor lulusan Flinders University Australia itu mengatakan ada sejumlah penyebab mengapa Australia sulit mempercayai Indonesia, misalnya karena sistem politik Indonesia yang buruk, korup, dan rawan terhadap tekanan kaum nasionalis. Hal itu membuat Australia tidak pernah memandang Indonesia sebagai sahabat sejati seperti halnya Selandia Baru atau lima negara lain yang bersama-sama Australia meluncurkan aksi spionase ‘Lima Mata.’

Dorling mengatakan, Australia bahkan tak pernah mengesampingkan ancaman bahwa suatu hari nanti di masa depan, Indonesia mungkin bisa menjadi ancaman bagi mereka.

Pengungkapan aktivitas mata-mata Australia di sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia, menurut Dorling tak diragukan lagi telah menyebabkan banyak kesulitan diplomatik bagi negaranya. Namun ia yakin ketegangan hubungan antara Indonesia dan Australia tak akan berlangsung terlalu lama karena Australia tak pernah berniat untuk mempermainkan Indonesia.

Hal senada dikatakan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop. “Tentu saja selalu ada tantangan dan kesulitan dalam sebuah hubungan. Tapi Australia dan Indonesia sama-sama melihat manfaat dari keterlibatan yang lebih dekat, lebih dalam, dan lebih kuat,” kata dia seperti dikutip The Guardian.

Perdana Menteri Australia Tony Abbott juga mengatakan tak bermaksud sedikit pun merusak hubungan erat antara negaranya dengan Indonesia. “Hubungan dengan Indonesia merupakan jalinan terpenting yang terus kami pelihara – sebuah hubungan yang akan saya pastikan terus berkembang dalam beberapa bulan bahkan beberapa tahun ke depan,” kata dia.

Apapun, Presiden RI SBY masih terus melontarkan kemarahannya. “Tindakan (penyadapan oleh) Amerika Serikat dan Australia jelas telah merusak kemitraan strategis dengan Indonesia sebagai sesama negara penganut sistem demokrasi,” kata SBY. Itu pula yang membuatnya memerintahkan Menlu RI Marty Natalegawa untuk menarik Duta Besar RI dari Australia.

Indonesia juga akan meninjau ulang sejumlah agenda kerjasama bilateral dengan Australia sebagai konsekuensi atas tindakan menyakitkan yang dilakukan oleh Australia. “Indonesia menuntut Australia memberikan jawaban resmi yang dapat dipahami publik terkait isu penyadapan terhadap Indonesia,” kata SBY. (eh)