foto

TEMPO.CO, Jakarta - Suara Radhar Panca Dahana bergetar. Sembari menangis, budayawan ini berkata, "Ini adalah situasi perang. Perang melawan korupsi. Ini adalah jenderal-jenderalnya. Kalau kita tidak mau berjalan di belakang jenderal ini, ente bukan rakyat dari republik ini. Kita wakafkan diri kita, seperti Abraham Samad.”


Radhar bersama tokoh-tokoh pegiat antikorupsi kemarin mendatangi gedung KPK untuk memberi dukungan. Berpakaian serbahitam, mereka bersorak sembari berteriak, “Tangkap Djoko!”, yang kemudian dibalas dengan seruan, “Besok juga".

Para tokoh yang hadir, antara lain Goenawan Mohamad, Effendi Gazali, Eep Syaifullah, Bambang Widodo Umar, Lily Wahid, Efendi Choiri, Anita Wahid, Tamrin Amal Tomagola, Beni Romo Sesetyo, dan Usman Hamid. Para peneliti dari Indonesia Corruption Watch pun tak ketinggalan. Mereka ditemui Ketua KPK Abraham Samad dan wakilnya, Busyro Muqoddas.

Sebutan “Djoko” mengarah ke Inspektur Jenderal Djoko Susilo. Bekas Gubernur Akademi Kepolisian ini menjadi tersangka kasus korupsi proyek simulator ujian pembuatan surat izin mengemudi. Dia hari ini dijadwalkan diperiksa penyidik KPK. Sebelumnya, Djoko mangkir dari panggilan KPK.

Dalam aksi yang berlangsung kemarin itu, ratusan orang menyesaki gedung KPK di Jalan H.R. Rasuna Said, Jakarta Selatan. Usmah Hamid, sebagai pemandu pertemuan, mengatakan, mereka datang untuk mendukung KPK. Mereka menolak rencana revisi Undang-Undang KPK, yang digagas Dewan Perwakilan Rakyat.

Anita Wahid, putri Abdurrahman Wahid (almarhum), turut bersuara. Menurut dia, massa yang datang seperti semut rangrang yang siap mengeroyok aktor pelemahan KPK. Dia menyarankan agar KPK tetap kukuh mengusut kasus korupsi simulator ujian pembuatan SIM.

Menurut Abraham, semut rangrang itu ibarat pejuang. Karena kecil, kata dia, mereka harus bersatu agar kuat dan tidak mudah dilemahkan. "KPK akan kuat dan tidak bisa dilemahkan apabila kita bersatu padu," ucapnya.

Suara Abraham makin keras. “Saya ingin mengatakan bahwa KPK tidak butuh political will dari pemimpin negeri ini. KPK tidak butuh goodwill para legislator di parlemen.” Yang dibutuhkan, kata Abraham, adalah dukungan dan bantuan masyarakat di negeri ini. “Yakinlah bahwa KPK tidak akan pernah mundur sejengkal


Sumber : TEMPO

 pun menghadapi koruptor di Indonesia, sekalipun yang bersangkutan adalah jenderal."