DI PERBATASAN TIMOR LESTE RAWAN KONFLIK
Jakarta, Kepala Pusat Penerangan
Mabes TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul mengatakan, personel TNI
terus berjaga karena masih ada beberapa titik rawan konflik di
perbatasan antara Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan Timor Leste.
"Personel TNI yang bertugas di
perbatasan terus melakukan penjagaan di wilayah perbatasan NTT-Timor
Leste,"
Beberapa titik yang masih rawan konflik
itu, seperti Bikomi Niulat, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara
Timur dan Pasabbe, Distrik Oeccuse, Timor Leste karena daerah atau
titik tersebut masih disengketakan, sehingga dijadikan sebagai zona
netral.
Terkait bentrokan yang terjadi di Timor
Tengah Utara itu dipicu atas kekesalan warga Desa Haumeni Ana karena
pemerintah Timor Leste membangun tiga gedung di wilayah Indonesia. Tiga
gedung itu, yakni kantor Bea dan Cukai, Imigrasi dan Karantina yang
dibangun melewati garis perbatasan RI-Timor Leste sejauh 20 meter.
Pertikaian antarwarga nyaris terjadi pada 31 Juli 2012 lalu karena mereka menganggap pembangunan itu masuk daerah mereka.
"Sebenarnya, pembangunan kantor
tersebut merupakan wilayah status quo karena belum ada kesepakatan tapal
batas negara. Hal ini sudah diklarifikasi oleh pihak kita," katanya.
Oleh karena itu, pembangunan perkantoran yang dilakukan oleh pemerintah Timor Leste untuk sementara ini ditunda.
"Untuk sementara ini, pemerintah RI
telah melakukan langkah-langkah penyelesaian verifikasi data dan telah
menurunkan tim untuk memantau situasi di perbatasan," ujar Iskandar.
Sebelumnya, Kepala Pusat Komunikasi
Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin, mengatakan,
lahan pembangunan kantor Bea Cukai Timor Leste merupakan wilayah "status
quo" karena belum ada kesepakatan soal tapal batas kedua negara,
sehingga pembangunannya ditunda.
"Pasukan TNI yang berada di perbatasan
NTT-Timor Leste telah melakukan penjagaan sekitar lokasi, dan melarang
untuk melanjutkan pembangunan karena galian untuk pembangunan kantor itu
masuk ke wilayah Indonesia," kata Hartind Asrin di Kantor Kemhan,
Jakarta, Selasa (7/8).
"Pasukan kita 'standby' di sana. karena
mereka (warga Timor Leste) menganggap bahwa daerah tersebut merupakan
daerahnya," ujarnya.
Menurut Hartind, masalah ini sudah diklarifikasi kepada Kementerian Luar Negeri dan Mabes TNI, sehingga pembangunannya ditunda.
Sumber : Antara