Menteri Pertahanan AS di Irak, Bahas Pertempuran dengan ISIS
Koalisi pimpinan AS telah melancarkan lebih dari
600 serangan udara di Irak sejak awal Agustus untuk mencoba membantu
pasukan Irak. 500 serangan lagi telah menarget ISIS di negara tetangga
Suriah.
Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel berada di Irak untuk bertemu
dengan PM Haider al-Abadi dan para panglima Amerika, empat bulan setelah
AS melancarkan kampanye serangan udara melawan kelompok militan ISIS.
Setelah tiba dalam sebuah kunjungan yang tidak diumumkan, hari Selasa (9/12), di Baghdad, Hagel mengatakan, pasukan Iraq memperoleh "momentum baru" dalam usaha mereka mengklaim kembali wilayah yang telah direbut ISIS di Irak utara dan barat awal tahun ini.
Koalisi pimpinan AS itu telah melancarkan lebih dari 600 serangan udara di Irak sejak awal Agustus untuk mencoba membantu pasukan Irak. 500 serangan lagi telah menarget ISIS di negara tetangga Suriah.
Presiden AS Barack Obama setuju mengirim sebanyak 3.100 tentara ke Irak untuk memberikan pelatihan dan konsultasi. Panglima koalisi pimpinan AS, Letnan Jenderal James Terry, mengutarakan, hari Senin (8/12), mitra-mitra koalisi juga telah menjanjikan pengiriman 1.500 penasihat militer.
Terry menandaskan, kini ISIS dalam kondisi bertahan dan berusaha mempertahankan wilayah-wilayah Iraq yang telah dikuasainya. Tetapi, kelompok militan itu masih mampu melancarkan berbagai serangan.
Dari Malaysia dilaporkan bahwa Kepolisian Malaysia mengatakan seorang warganya melakukan serangan bunuh diri untuk kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS di Suriah bulan lalu.
Warga negara Malaysia itu diidentifikasi sebagai Ahmad Affendi Abdull Manaff, 27, dari negara bagian Kelantan.
Ia diketahui berangkap ke Suriah pada April lalu untuk bergabung dengan ISIS.
Pihak berwenang meyakini Ahmad Affendi Abdull Manaff mengendarai truk penuh dengan bom di Homs awal bulan lalu. Serangannya menewaskan 50 tentara Suriah.
Menurut pihak berwenang Malaysia, 40 warga negara Malaysia diketahui telah bergabung dengan kelompok yang menyebut diri Negara Islam di Suriah dan Irak.
Mereka juga menangkap lebih dari 40 orang yang sejauh ini diketahui memberikan dukungan atau pendanaan kepada kelompok militan.
Sebagian dari mereka meninggal di perbatasan Suriah di Kobane, kata Jaksa Agung George Brandis.
Brandis mengatakan ISIS atau kelompok yang diklaim sebagai Negara Islam menggunakan warga Australia sebagai "tumbal".
Propaganda telah menipu warga Australia yang direkrut ISIS, membuat mereka percaya bahwa mereka memainkan peran penting dalam perang agama, kata Brandis.
"Mereka (militan) hanya menggunakan mereka di garis depan, untuk melakukan bom bunuh diri dan alat propaganda."
Di antara mereka yang dilaporkan tewas di Suriah adalah warga Sydney Mohammad Ali Baryalei, yang dituduh mendalangi plot teror untuk memenggal kepala warga Australia secara acak.
Sekitar 70 warga Australia dipercaya masih berada di Timur Tengah untuk berjuang bersama kelompok militan, sementara 20 orang lainnya sudah pulang.
Australia sudah memperkenalkan undang-undang untuk memerangi ancaman dari mantan militan yang kembali ke Australia.
Di bawah undang-undang yang diadopsi oleh parlemen Australia pada Oktober, mengunjungi daerah-daerah yang dinyatakan sebagai "wilayah teror" adalah sebuah pelanggaran.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Julie Bishop menggunakan ketentuan ini untuk mendeklarasikan suatu pelanggaran bagi warga Australia untuk mengunjungi ibu kota Negara Islam di Raqqa, Suriah tanpa alasan yang sah.
Warga Australia menghadapi hingga 10 tahun penjara karena secara ilegal mengunjungi daerah-daerah tersebut. (VOA/BBC)
Setelah tiba dalam sebuah kunjungan yang tidak diumumkan, hari Selasa (9/12), di Baghdad, Hagel mengatakan, pasukan Iraq memperoleh "momentum baru" dalam usaha mereka mengklaim kembali wilayah yang telah direbut ISIS di Irak utara dan barat awal tahun ini.
Koalisi pimpinan AS itu telah melancarkan lebih dari 600 serangan udara di Irak sejak awal Agustus untuk mencoba membantu pasukan Irak. 500 serangan lagi telah menarget ISIS di negara tetangga Suriah.
Presiden AS Barack Obama setuju mengirim sebanyak 3.100 tentara ke Irak untuk memberikan pelatihan dan konsultasi. Panglima koalisi pimpinan AS, Letnan Jenderal James Terry, mengutarakan, hari Senin (8/12), mitra-mitra koalisi juga telah menjanjikan pengiriman 1.500 penasihat militer.
Terry menandaskan, kini ISIS dalam kondisi bertahan dan berusaha mempertahankan wilayah-wilayah Iraq yang telah dikuasainya. Tetapi, kelompok militan itu masih mampu melancarkan berbagai serangan.
Dari Malaysia dilaporkan bahwa Kepolisian Malaysia mengatakan seorang warganya melakukan serangan bunuh diri untuk kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS di Suriah bulan lalu.
Warga negara Malaysia itu diidentifikasi sebagai Ahmad Affendi Abdull Manaff, 27, dari negara bagian Kelantan.
Ia diketahui berangkap ke Suriah pada April lalu untuk bergabung dengan ISIS.
Pihak berwenang meyakini Ahmad Affendi Abdull Manaff mengendarai truk penuh dengan bom di Homs awal bulan lalu. Serangannya menewaskan 50 tentara Suriah.
Menurut pihak berwenang Malaysia, 40 warga negara Malaysia diketahui telah bergabung dengan kelompok yang menyebut diri Negara Islam di Suriah dan Irak.
Mereka juga menangkap lebih dari 40 orang yang sejauh ini diketahui memberikan dukungan atau pendanaan kepada kelompok militan.
ISIS jadikan pengikut asal Australia sebagai tumbal
Setidaknya 20 warga Australia tewas dalam pertempuran bersama para militan di Irak dan Suriah, kata pemerintah Australia.
Brandis mengatakan ISIS atau kelompok yang diklaim sebagai Negara Islam menggunakan warga Australia sebagai "tumbal".
Propaganda telah menipu warga Australia yang direkrut ISIS, membuat mereka percaya bahwa mereka memainkan peran penting dalam perang agama, kata Brandis.
"Mereka (militan) hanya menggunakan mereka di garis depan, untuk melakukan bom bunuh diri dan alat propaganda."
Di antara mereka yang dilaporkan tewas di Suriah adalah warga Sydney Mohammad Ali Baryalei, yang dituduh mendalangi plot teror untuk memenggal kepala warga Australia secara acak.
Sekitar 70 warga Australia dipercaya masih berada di Timur Tengah untuk berjuang bersama kelompok militan, sementara 20 orang lainnya sudah pulang.
Australia sudah memperkenalkan undang-undang untuk memerangi ancaman dari mantan militan yang kembali ke Australia.
Di bawah undang-undang yang diadopsi oleh parlemen Australia pada Oktober, mengunjungi daerah-daerah yang dinyatakan sebagai "wilayah teror" adalah sebuah pelanggaran.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Julie Bishop menggunakan ketentuan ini untuk mendeklarasikan suatu pelanggaran bagi warga Australia untuk mengunjungi ibu kota Negara Islam di Raqqa, Suriah tanpa alasan yang sah.
Warga Australia menghadapi hingga 10 tahun penjara karena secara ilegal mengunjungi daerah-daerah tersebut. (VOA/BBC)