KH. Hasyim Muzadi: Syiah Masih Tergolong Islam
IPABIonline.com - Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU), KH A. Hasyim Muzadi, menegaskan bahwa Syiah itu masih tergolong
Islam, karena itu perbedaan yang terjadi dengan mereka tidak perlu
disikapi menggunakan aksi kekerasan.
"Orang Madura itu selalu ikut kiai, karena itu mereka belum tentu mengerti tentang Syiah atau bukan, jadi perlu disikapi dengan dakwah, bukan kekerasan," kata Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars (ICIS) itu kepada ANTARA di Surabaya, Sabtu (8/9).
Tokoh NU asal Malang, Jawa Timur (Jatim) itu mengemukakan hal tersebut setelah berbicara dalam seminar pra-Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Kongres Besar (Konbes) NU yang digelar PBNU di Surabaya. Acara itu sekaligus Halalbihalal Pengurus Wilayah (PW) NU Jatim dengan Pengurus Cabang (PC) NU se-Jatim.
Dalam acara yang juga ditandai dengan peluncuran Induk Koperasi "Mabadiku Bintang Sembilan" yang berpusat di PWNU Jatim itu, Hasyim yang mantan Ketua PWNU Jatim menanggapi Kerusuhan Sampang yang oleh sejumlah pihak disebut-sebut dipicu paham Syiah.
Menurut dia, penggunaan kekerasan juga akan membuat orang tidak memperhatikan persoalan Sampang yang sebenarnya, melainkan mereka akan mengutuk kekerasan yang ada dengan Islam sebagai sasaran.
"Karena itu, ulama di sana harus kembali kepada solusi dakwah, serta ekonomi dan pendidikan. Dirikan madrasah atau masjid untuk mengajari warga setempat mengaji. Jangan mengatakan Syiah itu sesat, karena justru akan memunculkan kekerasan, padahal Syiah itu lebih Islam daripada Ahmadiyah," katanya.
Rais Syuriah PWNU Jatim, KHM Miftachul Akhyar, secara terpisah menyatakan bahwa konflik Sampang bukanlah konflik Syiah dan Sunni, melainkan ada pihak ketiga yang melakukan provokasi terhadap keduanya.
Oleh karena itu, ia mengharapkan, para ulama dan masyarakat Sampang untuk bersikap hati-hati, agar tidak mudah terkecoh yang justru menguntungkan orang lain yang "menjual" masalah di Sampang itu. (IPABI Online/sm)
Sumber : Antara
"Orang Madura itu selalu ikut kiai, karena itu mereka belum tentu mengerti tentang Syiah atau bukan, jadi perlu disikapi dengan dakwah, bukan kekerasan," kata Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars (ICIS) itu kepada ANTARA di Surabaya, Sabtu (8/9).
Tokoh NU asal Malang, Jawa Timur (Jatim) itu mengemukakan hal tersebut setelah berbicara dalam seminar pra-Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Kongres Besar (Konbes) NU yang digelar PBNU di Surabaya. Acara itu sekaligus Halalbihalal Pengurus Wilayah (PW) NU Jatim dengan Pengurus Cabang (PC) NU se-Jatim.
Dalam acara yang juga ditandai dengan peluncuran Induk Koperasi "Mabadiku Bintang Sembilan" yang berpusat di PWNU Jatim itu, Hasyim yang mantan Ketua PWNU Jatim menanggapi Kerusuhan Sampang yang oleh sejumlah pihak disebut-sebut dipicu paham Syiah.
"Solusinya, saya berharap para ulama di Sampang kembali kepada pengenalan Syiah melalui dakwah kepada masyarakat, dan berusaha keras menghindari kekerasan," katanya dalam acara yang juga dihadiri Wakil Ketua Umum PBNU, HM As`ad Ali S.
Menurut dia, penggunaan kekerasan juga akan membuat orang tidak memperhatikan persoalan Sampang yang sebenarnya, melainkan mereka akan mengutuk kekerasan yang ada dengan Islam sebagai sasaran.
"Karena itu, ulama di sana harus kembali kepada solusi dakwah, serta ekonomi dan pendidikan. Dirikan madrasah atau masjid untuk mengajari warga setempat mengaji. Jangan mengatakan Syiah itu sesat, karena justru akan memunculkan kekerasan, padahal Syiah itu lebih Islam daripada Ahmadiyah," katanya.
Rais Syuriah PWNU Jatim, KHM Miftachul Akhyar, secara terpisah menyatakan bahwa konflik Sampang bukanlah konflik Syiah dan Sunni, melainkan ada pihak ketiga yang melakukan provokasi terhadap keduanya.
"Jadi, ada pihak yang mengadu domba Syiah dan Sunni, tapi informasi yang beredar menjadikan Syiah sebagai korban, padahal korban warga dan rumah yang dibakar di sana bukan hanya milik Syiah, tapi Sunni juga," katanya.
Oleh karena itu, ia mengharapkan, para ulama dan masyarakat Sampang untuk bersikap hati-hati, agar tidak mudah terkecoh yang justru menguntungkan orang lain yang "menjual" masalah di Sampang itu. (IPABI Online/sm)
Sumber : Antara